KAU MENYAKITIKU...

source image from google


Zefanya menghela napas ketika mendengar berita dari Winda. Mereka bekerja di sebuah perusahaan jasa.

"Zef, aku mendapat info kalau leader-mu ingin membajak direct team-mu. Ia ingin direct team potensialmu menjadi team langsungnya. Alasannya supaya mereka semakin berkembang. Menurut kabar, beberapa orang dari team-mu akan pindah. Memang kamu tidak tahu kapan Sisca mulai mendekati mereka?" tanya Winda.


"Benarkah? aku sama sekali tidak menyangka jika itu benar. Di depanku, ia sangat manis. Sungguh, aku tidak mengerti apa maunya Sisca. Penghasilan dia lebih besar. Dia juga mendapat komisi dari penghasilan kita. Kalau aku jadi leader, ketika team-ku mendapat omzet besar maka aku akan support mereka. Orang aneh ini malah menggunting dari dalam. Aku kecewa padanya, Winda," tukas Zefanya, sedih.


Source image from google 


"Info yang kudapat seperti itu, Zef. Jika benar, Sisca seperti memakai topeng di wajahnya. Namun kamu jangan emosi, Zef. Coba cek dan dapatkan bukti dulu. Jangan mengambil tindakan apa pun," saran Winda.


"Banyak leader lain berharap aku joint team mereka namun aku setia pada Sisca. Asal kamu tahu, salah satu leader terbesar di perusahaan lain mencoba membajak aku untuk bekerja di sana. Mereka menawarkan banyak benefit."


"Sisca mulai berubah sejak kamu menjadi Top Agent beberapa kali. Kamu mendapatkan penghasilan besar, dipuji top management, dan menjadi pembicara. Ia iri," kata Winda.

"Dia menaruh keberhargaan hidupnya di tempat yang salah, Win. Keberhargaannya ditaruh di atas uang, prestasi dan pujian," tukas Zefanya, kesal.


Zefanya masih ingat waktu pertama kali Sisca menawarkan untuk bekerja di perusahaan ini. Saat itu Sisca begitu perhatian sehingga Zefanya memutuskan untuk joint di team Sisca. Ternyata ....

***

Zefanya telah sering mendengar issue kurang baik mengenai Sisca. Mulai dari Sisca yang gencar mendekati direct team-nya. Zefanya tidak mempermasalahkan jika Sisca bekerja ke bawah. Ia berterima kasih jika itu tulus. Namun Zefanya marah jika Sisca memfitnahnya di depan direct team. Sisca juga lancang mendekati direct client  Zefanya, dan menyebarkan fitnah ke atasan mereka. Sungguh, Zefanya tidak bisa memahami tujuan Sisca.

***

Zefanya belum mendapatkan bukti kecurangan Sisca. Ia diam namun terus memperhatikan semua tingkah laku Sisca. Zefanya mulai bekerja untuk mencapai target bulan depan. Reward-nya cukup menggiurkan. Seminggu berlibur di empat negara dengan menggunakan kapal persiar. Pada akhirnya, Zefanya mendapatkan reward tersebut.


Rupanya ketika masih di kapal persiar, Sisca mulai membuat pengaduan atas Zefanya. Pulang dari trip, Zefanya dipanggil untuk menghadap ke top management. Sisca memperkarakan dirinya. Ia menyatakan bahwa Zefanya telah melanggar kode etik.


Hari ini Zefanya disidang oleh top management. Mungkin karena pencapaian Zefanya sehingga hal ini mendapat perhatian petinggi perusahaan. Kalau bukan Zefanya, kasus seperti ini biasanya diselesaikan oleh agency leader


Zefanya meminta agar ia diijinkan pindah ke leader lain. Namun permintaannya ditolak. Sisca dengan mulut manisnya memutarbalikkan semua fakta di lapangan. Ia benar-benar ingin menghancurkan Zefanya. Team-nya sendiri. Zefanya merasa kecewa. Sisca telah menyakiti hatinya. Sungguh, Zefanya tidak menyangka.


"Dari perusahaan memberikan pilihan seperti ini. Pertama, kamu tetap joint di team Sisca. Penghasilan dan lain-lain tetap seperti rules yang ada. Kedua, jika kamu tidak memilih option pertama maka kamu harus resign. Semua penghasilanmu akan berhenti saat kamu resign. Team-mu akan langsung menjadi team Sisca," jelas Direktur Keuangan.

"What the hell," batin Zefanya, marah.

"Kami menunggu kabar baik dalam waktu seminggu," lanjut Direktur Operasional.


Ini bukan sidang. Ini pembacaan hukuman. Tidak ada kesempatan baginya untuk membela diri. Zefanya memang sudah pesimis dari awal. Ia tahu bagaimana Sisca sangat dekat dengan top management.

***

Keesokan harinya, Zefanya mendapat telepon dari Direktur Keuangan. 

"Siang, Zefanya. Saya Pak Arman," sapa Pak Arman, Direktur Keuangan.

"Siang, Pak. Ada yang bisa saya bantu?" tanya Zefanya, tidak bersemangat.

"Zef, saya tahu kamu kecewa. Saya secara pribadi meminta maaf atas putusan tersebut. Kalau saya boleh memberi saran, lupakan masalahmu dengan Sisca. Kamu agent yang potensial. Track hasil kerjamu luar biasa. Kamu mencapai executive level dalam waktu singkat. Saya akan kecewa jika kamu memutuskan resign. Pikirkanlah baik-baik, Zef," kata Pak Arman, menghela napas.


"Terima kasih atas perhatiannya, Pak. Jujur saya akui kalau ini dilema besar buat saya. Jika saya resign, semua berhenti termasuk penghasilan yang besar. Jika saya tidak resign, sama artinya dengan saya mengakui semua kesalahan yang tidak saya perbuat. Kembali ke dalam team Sisca hanya membuat saya tambah kecewa. Ia akan membuat lebih banyak drama jika saya kembali," jelasku, panjang lebar.


"Jadi apa keputusanmu, Zef?"

"Saya resign, Pak. Saya secara pribadi sangat berterima kasih atas atensi Pak Arman. Semoga ke depan kita dapat bekerjasama dalam waktu dan situasi yang lebih baik. Minggu depan saya akan menyerahkan surat resign saya. Kalau saya boleh meminta, saya minta agar perusahaan membayar saya full untuk bulan ini, Pak," pintaku.

"Pikirkan dulu, Zef. Lusa tolong hubungin direct line saya untuk kepastiannya. Terima kasih," kata Pak Arman, memutuskan.

***

Zefanya tetap pada pendiriannya. Dia memang membutuhkan penghasilan, namun ia juga mempunyai prinsip hidup. Zefanya percaya kalau ia akan mendapatkan pekerjaan lain yang lebih baik. Mendapatkan perusahaan yang lebih bijaksana. Mendapatkan yang jauh lebih baik dari yang sekarang karena ia percaya Tuhan tidak buta. Tuhan akan membuka jalan lain untuknya.


Ia juga berusaha untuk memaafkan Sisca. Sisca pernah menjadi teman akrab. Saat ini Sisca sungguh membuatnya kecewa dan terluka. Zefanya berdoa, waktu akan menyembuhkan mereka.



Komentar

Posting Komentar

Postingan Populer