FOREVER WITH LOVE part 3

 


"Seperti apa kriteria istimewa bagimu, Harumi? Kalau Vinant tidak istimewa artinya pemuda satu kampus ini juga tidak ada yang istimewa karena standar mereka di bawah Vinant," tukas Arabelle, memutar bola matanya dengan malas.


Harumi mengangkat bahunya. Matanya terus menatap Vinant, mencoba menemukan keistimewaan pemuda itu yang telah membuat para gadis tergila-gila.


Tim pria telah selesai latihan, sekarang saatnya tim Arabelle yang akan latihan. Harumi tanpa sadar masih terus menatap Vinant. Arabelle terkekeh melihat sikap temannya. Sementara itu, Vinant sedang melayangkan pandangannya ke sekeliling lapangan dengan malas. Teriakkan para gadis membuat jengah dirinya. Deg! Pandangannya terarah ke Harumi, yang juga sedang menatapnya lekat. Hanya Harumi yang tidak berteriak dan sepertinya gadis itu tidak tertarik pada Vinant.


Vinant melangkahkan kakinya menuju bawah pohon, tempat Harumi duduk. 


"Kosong?" tanyanya, menatap Harumi.


Harumi tidak menjawab. Ia menganggukkan kepalanya. Harumi seperti tidak sadar jika Vinant duduk di sampingnya. Matanya hanya menatap ke arah lapangan, fokus pada sahabatnya Arabelle.


Vinant menatap gadis di sebelahnya. Cantik. Lalu ia memejamkan matanya dan meluruskan kakinya, mencoba istirahat. Angin yang berembus membuat matanya mengantuk. Ketika Vinant hampir tidur, ia dikagetkan dengan panggilan seorang gadis. 


"Vinant, aku mencarimu kemana-mana. Ternyata kamu duduk di sini," tukas Tania, memandang sinis pada Harumi.


Vinant menatap malas pada gadis di depannya. Gadis itu cantik namun terlalu agresif. Vinant tidak menyukai gadis yang agresif. Ia juga mengetahui kalau Tania menyukai dirinya. Gadis itu sering memberikan hadiah-hadiah melalui Dante, sahabat karibnya. Gadis yang menyebalkan, batinnya.


"Ada apa?" tanya Vinant, dingin.


"Duduk di sana saja,Vinant. Di bawah pohon biasanya banyak semut dan gangguan lainnya," sahut Tania, dengan suara yang dilembut-lembutkan.


"Aku mau duduk di sini saja. Pergilah! Jangan ganggu aku," jawab Vinant, menutup matanya kembali, tidak mempedulikan Tania.


"Harumi, geser sedikit. Aku mau duduk di sebelah Vinant!" tukas Tania, kasar.


"Maaf tidak bisa. Kalau geser, aku akan terkena sinar matahari sedangkan cuaca sangat panas. Kau duduklah di tempat lain," sahut Harumi, datar.


"Bisa diam tidak, Tania!" tukas Vinant, jengkel.




GO TO PART 4



Komentar

Postingan Populer